Medan #3


gogling
gogling

kong1Belum kuceritakan tentang banyaknya biaya tambahan sebelum naik truk terbang. Masuk, sudah diharuskan membungkus bawaan besar dengan plastik pembungkus buah, dan itu membuat tas saya jadi tak berbentuk, dan hal ini menyedot uang sebanyak 30rb tiap tas. Oke, shock #1. Saat checking tiket, ada orang yang tidak mau di bungkus plastik itu, dan lewat begitu saja hingga pengecekan tiket, dan ternyata, disitu disuruh bayar juga. Sama saja.

Sebelum ke ruang tunggu, kami dihadang petujas pajak, pajak bandara, besarannya 25rb per orang. Lalu di sampingnya, ada jasa asuransi, yang dengan nurut kami ikuti juga, hingga bayar lagi, 25rb per orang, tergantung tujuan. Pikirku, nanti kalo pulang ndak usah beli asuransi saja. Lantas kami naik ke ruang tunggu di lantai atas bandara Boyolali itu, dan, sangat sepi. Sepertinya kami berhasil menjadi orang paling rajin di dunia yang datang pertama kali ke ruang tunggu. Yah, naluri orang desa memang selalu jaga-jaga daripada terlambat atau ketinggalan kereta.

Belum juga kuceritakan bahwa, perwakilan dari IPB yang menyabet juara tiga adalah kawan sekamar kami. Seperti semua acara nasional, satu kamar empat orang. Dan dia sendirian datang jauh dari IPB, namanya mas Toki. Perawakan lebih pendek dari kami, mungkin seukuran Habibie saat muda, badan juga tak begitu berisi, namun berkali-kali membuat juri angkat topi dengan wawasan dan kecerdasan komunikasi khas anak IPB. Tata letak ppt nya yang cukup tepat dibalur warna yang nyaman dipandang, mungkin menjadi salah satu nilai tunjang menutupi kekurangan alat peraga dan relevansi gagasan yang mungkin hanya dapat diwujudkan saat dirinya jadi mendikbud kelak.

Inilah hari ketiga. Sebenarnya keempat pada rundown acara, ini karena kami melewatkan satu hari awal yang sangat penting yang berisi materi, tentu karena keterlambatan kami membeli tiket dan berbagai kendala teknis yang telah saya paparkan di awal. Acara kongres dimulai menjelang jam 10 pagi. Sejak awal intuisi Shinichi-ku telah mengendus hal aneh, bahkan sebelum angkat koper ke Medan, ketika melihat susunan acara yang dicantumkan panitia hanya menyisihkan satu hari penuh untuk keseluruhan rangkaian acara kongres. Sedangkan bermacam kongres yang telah aku santap di UNS pun, minimal berdurasi tiga hari lamanya.

Deduksiku terbukti, ketika pembahasan tata tertib berlarut larut bak sidang DPR antara oposisi dan koalisi. Tidak tanggung-tanggung, waktu pembahasan tata tertib molor hingga bilangan 3, pada jam digital di ponsel murahanku. Harapanku hancur untuk dapat beristirahat nyenyak karena dengan bukti utama ini, tidak mungkin kongres selesai walau pun hingga pukul 12 malam. Ketidaksesuaian ini sudah berulang kali dikritisi, namun forum tidak juga sadar dan lebih memilih debat kusir bersama pak kusir yang duduk di muka. Ternyata lebih parah dari yang terjadi di kampus hijau kami.

Tapi karena agenda inilah kami rela menggadaikan dana, tenaga, dan waktu. Maka dengan sikap ksatria, harus kami kawal keseluruhan agenda kongres ini. Demi kumpulan mahasiswa ilmiah yang lebih produktif.

Di beberapa universitas lain, ternyata ukm keilmiahan dibagi menjadi dua, ada yg fokus pada bidang penalaran, dan ada yang fokus pada penelitian. Ini sempet membuat saya kaget. Dan ternyata setelah diamati, karakternya juga jauh berbeda. Mereka yang menyebut diri dengan bangga sebagai ukm penalaran, lebih mengedepankan nalar dan suara dalam forum. Mereka bak gerombolan orang gerakan yang menggagas konsolidasi aksi hingga jam 2 pagi sehari sebelum eksekusi. Mereka lebih keren pasti kalau berada di BEM. Belahan sisi satunya, dengan elegan menyatakan diri sebagai ukm penelitian, lebih banyak diam dan menggerutu, atau tidur menunggu hasil akhir. Mereka yang mengutamakan riset, dan teori tidak suka berspekulasi dan berdebat dengan kasar. Jadi sempat kutemukan pemandangan aneh, terlihat 6 orang dengan almamater sama, golongan pertama berdebat hampir-hampir seperti peperangan, golongan satunya sudah terkantuk-kantuk dan bahkan tidur nyaman tak menghiraukan. Oke, cultural shock #4.

Hingga pukul 3 pagi, belum juga selesai pembahasan mengenai laporan pertanggungjawaban dan program kerja tahun kepengurusan selanjutnya. Mas Agus sudah beristirahat terlebih dahulu, karena mengaku badannya ada yang aneh, kurang sehat. Si Fajar tetep KEEP CALM and STAY AWAKE padahal berkali-kali terkantuk. Sudah saya paksa untuk tidur yang akhirnya nurut dan kembali ke kamar. Saya beserta beberapa orang lainnya masih tetap terjaga. Namun terjadi kondisi yang sangat aneh, ketika peserta forum berjumlah lebih dari 50 orang, dan di ruangan itu hanya tidak lebih dari 15 orang yang masih melek berdebat dengan pak kusir.

Terjadi insiden aneh juga sebelumnya, ketika pada pukul 2 malam, lampu aula dimatikan secara tegas oleh pak satpam. Ya, dalah panitia karena sebelumnya hanya meminjam hingga pukul 12 malam. Memang, ini bukan salah panitia, forum salah urus ini yang salah. Setelah hening dan tawa beberapa saat, panitia datang dengan muka tegang, dan mengumumkan bahwa kongres tidak di perkenankan hingga pagi. Hanya diperbolehkan maksimal sampai jam setengah lima. Sama saja, pikirku.

Tiba saat pemilihan ketua ILP2MI, UNS dan delapan universitas lainnya ikut dicalonkan. Karena tinggal saya yang tersisa dari UNS, maka jadilah saya yang maju menyampaikan kesediaan untu jadi ketua ILP2MI. Semua tidak menyanggupi, begitu pula UNS, dengan sedikit penjelasan dan titipan dari pak Dwi sang ketum. Saya menjelaskan alasan ketidaksediaan UNS untuk dijadikan ketua ILP2MI. Akhirnya, semua universitas calon di persilahkan keluar dan ketuanya akan didiskusikan dalam forum.

Dengan sesuai prediksi, beberapa saat kemudian diketahui bahwa ketua terpilih adalah Universitas Negeri Padang. Ukm yang pada kepengurusan sebelumnya memegang bidang pengembangan dan berhasil meluncurkan jurnalonline berlisensi milik ILP2MI, terpilih dengan telak. Dengan aturan baru, masa kepengurusan ILP2MI tahun ini, selama dua tahun. Baru setelah itu diadakan kongres kembali untuk menentukan ketua dan berbagai program yang baru. Hasil baru yang lain adalah terbentuknya regional 6. Dengan eilayah kalimantan, pulau yang sebelumnya digabungkan dengan sumatera sebagai regional 1.

Yah, dengan ini selesailah agenda utama kongres ILP2MI. Dengan alokasi wakt yang tidak masuk akal, dan dibumbui ketegangan sana sini. Toh, disela-selanya tetap ada tawa dan keseriusan yang menghasilkan produktivitas. Lelah, tapi semoga tidak sia-sia. Salam ilmiah! (Bersambung…)

130610

Juga di pojok.

3 thoughts on “Medan #3

Reply me, or Comply me. Or just leave me a message.